KECERNAAN SEMU SERAT KASAR DAN HEMISELULOSA AYAM PEDAGING YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SUMBER SERAT BERBEDA
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sumber serat yang berbeda terhadap kecernaan semu serat kasar dan hemiselulosa pakan ayam pedaging strain Lohman. 20 ekor ayam pedaging strain Lohman berumur 35 hari digunakan dalam penelitian ini, yang diambil dari 100 ekor ayam yang dipelihara sejak ayam umur sehari dan diberi pakan sesuai perlakuan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 4 sumber serat berbeda dalam pakan dengan ulangan sebanyak 5 kali. Perlakuan terdiri atas: R0 (pakan komersial), R1 (pakan komersial dengan kulit kopi), R2 (pakan komersial dengan dedak padi), dengan R3 (pakan komersial dengan ampas kelapa). Peubah yang diukur yaitu: kecernaan semu serat kasar, hemiselulosa dan konsumsi serat kasar. Metode total koleksi digunakan dalam mengukur kecernaan semu dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan variansinya, dan pengujian perbedaan antar perlakuan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ). Kecernaan semu serat kasar pakan dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh sumber serat. Demikian halnya dengan kecernaan semu hemiselulosa pakan serta konsumsi hemiselulosa. Uji BNJ dari kecernaan semu serat kasar menunjukkan bahwa perlakuan R0 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan R1, R2 dan R3. Perlakuan R1 berbeda tidak nyata (P>0.05) dibandingkan R3 dan R2. Uji antar perlakuan untuk kecernaan semu hemiselulosa menunjukkan bahwa R0 berbeda nyata dengan R1, R2, dan R3. Antara R2 dan R3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Peubah konsumsi hemisesulosa pada perlakuan R3 nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan R0, R1 dan R2. Disimpulkan bahwa ampas kelapa yang berperan sebagai sumber serat pakan dapat memberikan kecernaan hemiselulosa yang lebih baik dari sumber serat dedak padi maupun kulit kopi.
References
Londok JJMR. 2018. Produksi Daging Ayam Fungsional Tinggi Asam Laurat dan Antioksidan Alami melalui Penggunaan Minyak dan Are Vestiaria Giseke. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor
Purawisastra, S. 2001. Penelitian Pengaruh Isolat Galaktomannan Kelapa terhadap Kadar Kolesterol. Center for Research and Development of nutrition and Food. Badan Litbang Kesehatan. Jakarta. Hal 1-10.
Putri, MF. 2010. Tepung ampas kelapa pada umur panen 11-12 sebagai bahan pangan sumber kesehatan. Jurnal Kompetensi Teknik 1:97-105.
Scott, ML, MC Nesheim, dan RJ Young. 1982. Nutrision of Thechickens. 3 ed. M. L. Scott and Associates. Ithaca , New York.
Steel, RGD dan JH Torrie. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Alihbahasa, Ir. Bambang Sumantri (Institut Pertanian Bogor). PT Gramedia, Jakarta.
Tillman, AD, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S Prawirokusumo dan S Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tulung, B, JJMR Londok, dan Regar MR. 2015. The Effect of Length of Feeding and Level of Crude Fiber, Carcass Quality and Serum Cholesterol of Broiler Chicken. Proceding the 4nd Internasional of AINI. September 8-9, 2015. AINI and Faculty of Animal Husbandry, Sam Ratulangi University. Manado.
Van Soest, PJ. 1985. Definition of Fiber in Animal Feeds.In : Cole, D. J. A.. and W. Haresign (ed.). Recent Advances in Animal Nutrition. Butterworths, London.
Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas.Gajah Mada Unuversity Press. Yogyakarta.
Yamin, M. 2008. Pemanfaatan Ampas Kelapa dan Ampas Kelapa Fermentasi dalam Ransum Terhadap Efisiensi Ransum dan Income Over Feed Cost Ayam Pedaging. Jurnal Agroland. 15(2): 135-136.