KUALITAS TELUR KONSUMSI YANG DIAWETKAN DENGAN BERBAGAI BAHAN PENGAWET ORGANIK DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

  • Sugiyono Sugiyono Fakultas Peternakan UNDARIS Kabupaten Semarang
  • Siti Sulastri Maryuni Fakultas Peternakan UNDARIS Kabupaten Semarang
Keywords: kualitas telur, bahan pengawet organik, lama penyimpanan

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas telur segar konsumsi yang diawetkan dengan berbagai bahan pengawet organik dan lama penyimpanan yaitu dengan cara menghitung indeks haugh, putih telur dan kuning telur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi mengenai bahan pengawet terhadap kualitas telur konsumsi. Materi yang digunakan yaitu telur ayam ras konsumsi sejumlah 60 butir. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 3 dengan 5 ulangan.  Faktor pertama: P0: Tanpa bahan pengawet, P1: larutan kapur, P2 lidah buaya, P3 minyak kelapa,  Faktor: L1: Lama penyimpanan 14 hari, L2 28 hari, dan L3 42 hari. Adapun perlakuan  komnbinasi P0L1, P0L2, P0L3, P1L1, P1L2, P1L3, P2L1, P2L2, P2L3, P3L1, P3L2 dan P3L3. Parameter yang diamati adalah: Indeks Haugh (IH), Indeks Kuning Telur (IKT) dan Indeks Putih Telur (IPT). Sedangkan data yang diperoleh ditabulasikan dan diuji dengan analisis ragam.  Selanjutnya dengan Uji Jarak Ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1995). Hasil pengamatan terhadap IH menunjukkan berbeda sangat nyata  (P<0,01) baik lama penyimpanan, penambahan bahan pengawet organik  dan kombinasi perlakuan. Rata-rata IH telur yang diawetkan dengan P3 sebesar 72,922A; P1 sebesar 63,92B; P0 sebesar 51,87C dan P2 sebesar 48,16C. Lama penyimpanan (L1)  sebesar 77,2; L2 sebesar 60,58 dan L3 sebesar 38,50. Sedangkan pada kombinasi perlakuan terbaik P3L1 sebesar 88,98A dan terjelek P0L3 sebesar 39,91D; P2L2 sebesar 39,90 D; P1L3 sebesar 39,45 D. Hasil pengamatan terhadap IKT menunjukkan berbeda sangat nyata  (P<0,01) baik lama penyimpanan, penambahan bahan pengawet organik  dan kombinasi perlakuan. Rata-rata IKT telur yang diawetkan dengan P3 sebesar 0,227A; P1 sebesar 0,2028B; P0 sebesar 0,177C dan P2 sebesar 0,175C.  Lama penyimpanan (LI) sebesar 0,309A; L2 sebesar 0,225 B dan L3 sebesar 0,031C. Sedangkan pada kombinasi perlakuan terbaik P3L1 sebesar 0,339A P2L1 sebesar 0,310 A; P1L1 sebesar 0,309A; dan terjelek P1L3 sebesar 0,023 E; P0L3 sebesar 0,006E. Hasil pengamatan terhadap IPT menunjukkan berbeda sangat nyata  (P<0,01) baik lama penyimpanan, penambahan bahan pengawet organik  dan kombinasi perlakuan. Rata-rata IPT telur yang diawetkan dengan P3 sebesar 0,060A; P1 sebesar 0,024B; P0 sebesar 0,019C dan P2 sebesar 0,018D. Lama penyimpanan (L1) sebesar 0,043A; L2 sebesar 0,028B dan L3 sebesar 0,008C. Kombinasi perlakuan terbaik P3L1 sebesar 0,077 A; P3L2 sebesar 0,069A;sedangkan terjelek P2L2 sebesar 0,009 Cd. Kesimpulan hasil penelitian  menunjukkan bahwa kualitas telur terbaik pada bahan pengawet minyak kelapa dan terjelek lidah buaya tidak memberikan kontribusi yang nyata. Penyimpanan 14 hari masih dikatagorikan kualitas C, sedangkan penyimpanan 28 hari dan 42 hari  tidak masuk dalam katagori kualitas. Perlakuan interaksi pengawet minyak kelapa dengan lama penyimpanan 14 hari (P3L1) terbaik, sedangkan perlakuan interaksi pengawet ekstrak lidah buaya dengan lama penyimpanan 42 hari ( P2L3) terjelek. Sebaiknya telur yang belum akan dikonsumsi  disimpan dahulu dengan bahan pengawet organik minyak kelapa.

References

Furmawanti, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Sitanaman Ajaib. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Haryono, 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Temu Teknis Fungsional non Peneliti. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Hintono, A 1995. Dasar-Dasar Ilmu Telur. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Indrawan G.I, Sukada M.I, dan Suada. K.I. 2012. Kualitas Telur dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Telur di Tingkat Rumah Tangga. Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(5) : 607 – 620. ISSN : 2301-784
Jones Jones, DR, 2006. Conserving and Monitoring Shell Egg Quality . Proceedings of the 18 thth Annual Australian Poultry Science Symposium, pp. 157 – 165.
Karmila.M., Maryati., Jusmawati. (2008). Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.), Sebagai Alternatif Pengawetan Telur Ayam Ras. FMIPA.UNM, Makassar.
Romanoff, A. L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons Inc,. New York.
Saputri K.W. 2011. Efektivitas Pengawetan Dengan Menggunakan Minyak Kelapa Dalam Mempertahankan Kualitas Telur Ayam Ras Petelur. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi (tidak diterbitkan).
Sirait, C. H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2008. Kualitas Telur Konsumsi SNI 3926_2008. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta.
Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: suatu pendekatan biometrik. Gramedia, Jakarta.
Syarief dan H. Halid. (1990). Buku Monograf Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
United States Departement of Agriculture (USDA). 2000. Gerading Manual Agricultural Handbook number 75, Washington DC.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Published
2022-06-29
How to Cite
Sugiyono, S., & Maryuni, S. (2022). KUALITAS TELUR KONSUMSI YANG DIAWETKAN DENGAN BERBAGAI BAHAN PENGAWET ORGANIK DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA. PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN (STAP), 9, 636-645. Retrieved from http://jnp.fapet.unsoed.ac.id/index.php/psv/article/view/1661
Section
Articles